Berita Saham - Kinerja emiten yang tergabung dalam LQ45 membukukan pertumbuhan positif hingga kuartal III 2022. Analis memperkirakan prospek kinerja para emiten LQ45 masih akan prospektif hingga tahun depan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, emiten LQ45 membukukan pendapatan sebesar Rp 1.776,64 triliun. Angka itu tumbuh 23,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1.436,24 triliun.
Sementara untuk laba bersihnya melesat dengan membukukan nilai sebesar Rp 304,25 triliun. Realisasi itu tumbuh 63,39% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 186,21 triliun.
Maklum, beberapa emiten berhasil mencetak rekor laba tertingginya pada periode tersebut. Antara lain, EMTK yang tumbuh 2.454% menjadi Rp 5,54 triliun, ADRO tumbuh 352,2% menjadi US$ 1,93 miliar, ITMG tumbuh 229,2% menjadi US$ 893,8 juta, PTBA tumbuh 109,8% menjadi Rp 10 triliun, dan BBRI tumbuh 103,3% menjadi Rp 39,15 triliun.
Financial Expert Ajaib Sekuritas Chisty Maryani mengatakan bahwa sampai akhir tahun prospek kinerjanya masih akan cukup positif. Utamanya didorong oleh sektor consumer, perbankan, dan energi.
Meningkatnya konsumsi masyarakat menjelang Natal dan Tahun Baru akan menjadi katalis positif untuk emiten sektor consumer primer dan non primer sub sektor perdagangan ritel. Sementara kenaikan suku bunga acuan di akhir tahun ini menjadi level 5,5% oleh Bank Indonesia dapat menjadi katalis positif untuk emiten perbankan karena berpotensi untuk meningkatkan net interest margin perbankan.
"Permintaan barang komoditas serta kebutuhan energi yang masih tinggi baik di dalam maupun di luar negeri juga menjadi katalis positif untuk emiten pada sektor energi," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (22/12).
Untuk tahun depan, kinerja emiten LQ45 secara umum juga dinilai dapat bertumbuh positif. Ini didorong dari pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang diproyeksikan akan tetap tumbuh hingga 5,3%.
Senada, analis Reliance Sekuritas Lukman Hakim berpandangan bahwa sektor perbankan dan sektor komoditas yang paling berpeluang melanjutkan performa positifnya.
"Meskipun saat ini sedang menghadapi suku bunga yang terus naik di 5,5% dalam rangka menekan inflasi dan menstabilkan nilai tukar namun perekonomian Indonesia masih solid dan diperkirakan akan masih tumbuh positif hingga tahun depan," katanya.
Untuk perbankan, ia memperkirakan didukung loan growth Indonesia yang masih tumbuh double digit sejak Juni 2022 ini selain itu NPL untuk bank umum di Indonesia juga semakin membaik. Kemudian sektor komoditas, khususnya batu bara didorong oleh harga yang masih tinggi dan kebutuhan energi masih tinggi.
Selain batu bara, Lukman berpandangan komoditas nikel juga berpotensi tumbuh di tengah ekspansi emiten para emitennya untuk kebutuhan EV yang menargetkan untuk dapat memproduksi nikel kelas 1.
"Hal ini dapat memberikan sentimen positif yang juga didukung oleh pemerintah untuk tidak melakukan ekspor nikel mentah yang dapat memberikan value added," paparnya.
Christy melanjutkan, meskipun demikian ada beberapa katalis negatif yang juga masih harus diperhatikan. Menurutnya, sentimen pemberat masih seputar tekanan eksternal dari kebijakan moneter yang cukup ketat oleh sejumlah bank sentral di negara-negara global dan potensi terjadinya peluang resesi pada sejumlah negara di global.
Beriringan dengan potensi pertumbuhan kinerja, Christy melihat beberapa saham potensial melanjutkan pertumbuhan kinerjanya, yakni saham BBCA ataupun BBRI. Menurutnya, kedua emiten bank tersebut memiliki tingkat pertumbuhan kredit yang tinggi.
Mengacu pada laporan kinerja kuartal III-2022, BBCA mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 13% YoY, melampaui pertumbuhan kredit industri yang tercatat 11%. Sementara untuk BBRI pertumbuhan kredit juga masih cukup solid, tumbuh sebesar 8% YoY.
Selain perbankan, saham konsumer juga dapat dipertimbangkan mengingat inflasi dalam negeri cukup terjaga 5,42% YoY. Selain itu daya beli masyarakat juga berpotensi meningkat di tahun depan didukung dengan kenaikan UMP pada tahun 2023.
Dengan begitu, Ajaib Sekuritas merekomendasikan ketiga saham tersebut. BBCA target harga resistance pada level Rp 8.875, BBRI Rp 5.030, dan AMRT Rp 2.680. Sementara Reliance Sekuritas menjagokan MDKA dengan target Rp 5.450, INCO Rp 8.500, BBRI Rp 5.060 dan ADRO Rp 4.200.